bismillah.
sebuah #Nasihat.
sepucuk surat berisi nasihat Sayyidina Ali Bin Abi Thalib kepada anaknya, Hasan Ibn ‘Ali Ibn Abi Thalib. Saat itu, Hasan masih muda, sekitar 35-36 tahun.
Sayyidina ‘Ali merenungkan diri kemudian berkata “Sebenarnya aku tak mau memperhatikan orang lain selain diri sendiri. Namun, aku sadar, wujudku tak lama lagi di dunia ini. Setelah aku tiada, hanya engkau anakku yang akan menjadi tumpuan hidupku. Kau (Hasan Bin Ali) adalah diriku, maka aku tulis surat ini”.
Pertama, wahai anakku, hidupkanlah dirimu dengan nasihat. Padamkanah nafsumu itu dengan zuhud kekuatan dan keyakinan. Terangilah hatimu dengan hikmah dan selalu ingat kematian dalam segala aktivitasmu. Jika bertemu kawanmu, tunjukan padanya aneka petaka yang serba dadakan di dunia. Peringatkan padanya, bahwa keburukan akan terjadi pada pergantian siang dan malam. Ingatkanlah hatimu!
Kedua, paparkan dalam benakmu sejarah generasi masa lalu, dan ingatkan dalam benakmu tentang orang-orang terdahulu. Jelajahi pemukiman dan peninggalan mereka dan renungkan apa yang mereka lakukan.
Ketiga, wahai anakku, janganlah kau beli duniamu dengan akhiratmu. Hindarilah berucap menyangkut apa yang engkau tidak ketahui atau berbicara yang bukan urusanmu. Anakku, jangan kau telusuri jalan yang enggan untuk menelusurinya, ikutilah jalan yang pasti. Ketahuilah, sesungguhnya berhenti pada kebingungan tersesat lebih baik daripada mengarungi bahaya dalam kesesatan.
Keempat, wahai anakku, sesungguhnya semua amalan yang aku sukai dari dirimu ialah bertaqwa kepada Allah. Kerjakan segala yang wajib terlebih dahulu, baru kau amalkan semua sunnahnya. Teladani orang-orang shalih dan para leluhur dari kerabatmu.
Kelima, wahai anakku, jadikanlah dirimu neraca antara dirimu dan selainmu. Cintailah kerabatmu dengan seutuhnya seperti halnya kau mencintai diri sendiri. Janganlah kau mengucapkan tentang suatu hal yang tidak kau ketahui, meski pengetahuanmu itu sedikit. Dan jangan kau ucapkan sesuatu yang engkau tidak senang ketika orang lain mengucapkannya padamu.
Keenam, wahai anakku, nafkahkan hasil usahamu dan jangan jadi penyimpan untuk orang lain. jika engkau dibutuhkan, maka berilah hartamu itu karena ia akan jadi bekal bagimu suatu saat nanti. Ketahuilah! Penguasa pembendaharaan langit dan bumi mengizinkanmu untuk berdoa dan doamu terjamin dikabulkan. Engkau harus sadar bahwa hidupmu akan berlangsung menuju akhirat. Hidupmu bukan hanya di dunia saja, akhirat menunggumu.
Ketujuh, wahai anakku, jangan berharap dengan harapan yang terlalu besar (muluk-muluk).Orang yang hebat adalah ia yang mengukur sebuah harapan dengan kemampuannya. Gunakanlah kesempatan!. Karena sebaik-baiknya kesempatan ialah yang menasihatimu. Jangan engkau mengandalkan angan kosong, karena angan kosong adalah sikap sang picik. Ketahuilah! Kecerdasan adalah dia yang memelihara pengalaman, dan sebaik-baik pengalaman adalah ia yang menasihatimu.
Kedelapan, janganlah kau mengendarai perdebatan, ia akan menjerumuskanmu. Pertahankanlah jalinan hubungan dengan kerabatmu disaat ia memutuskan tali silaturahminya padamu. Bersikap tulus untuk menasihati sesama, baik itu akan bermanfaat bagimu atau sebaliknya. Pedamkan amarahmu, ulurkan tanganmu dan bersikap lemah lembut. Jika engkau dendam pada kawanmu, beri ia ruang sedikit, siapa tau ia akan menjadi penolongmu suatu nanti. Dan ingat, jangan mengabaikan hak temanmu dengan berandalkan hubungan baik dengannya. Jika kau abaikan hak temanmu, ia taak mau lagi berteman denganmu.
Kesembilan, berbagilah kebaikan untuk orang lain, jangan hanya andalkan kebaikan untukmu saja. Hiduplah di dunia ini dengan genggaman cinta dan kasih sayang pada sesama, dan curahkan kebaikan pada mereka.
Reff: dikutip dari sumber ini.